Tagged: cerita sepotong roti

Kisah Sepotong Kayu Inspiratif

Oleh Nur Hasan Atho

Dalam suatu hadits riwayat Imam Bukhari, Rasulullah saw pernah bercerita, suatu ketika, seorang Bani Israil meminjam seribu dinar dari rekannya, sesama Bani Israil. Si Pemberi pinjaman menanyakan saksi dan jaminan dalam transaksi mereka. Peminjam pun menjawab cukuplah baginya Allah sebagai saksi dan penjamin.

Dengan menyebut Allah sebagai saksi sekaligus penjamin, si Peminjam telah menunjukkan kesungguhan membayar utang. Bayangkan saja kalau Allah, yang Mahatahu dan Mahakaya, dijadikan saksi sekaligus penjamin oleh seorang hamba-Nya.

”Kamu benar,” ucap pemberi pinjaman. Lantas kedua Bani Israil itu pun melakukan akad pinjam-meminjam, mulai dari jumlah uang yang akan dikembalikan, waktu pengembalian, dan lain-lain.

Dengan modal pinjaman itu, si pengutang segera pergi berlayar meninggalkan negerinya untuk suatu keperluan. Urusannya selesai tepat di hari dia harus sudah mengembalikan pinjamannya. Maka dia berburu-buru mencari kapal untuk pulang, tetapi gagal.

Karena terikat oleh tenggat pengembalian, sementara ia masih berada di pulau seberang, si pengutang segera mengambil sepotong kayu dan melubanginya. Setelah itu, ia memasukan uang seribu dinar dan sepucuk surat.

Di depan laut ia berkata, ”Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa aku telah meminjam seribu dinar dari temanku, dan aku katakan bahwa ‘Cukuplah Allah sebagai saksi sekaligus penjamin’ dan ia rela. Ya Allah, aku telah berusaha sekuat tenaga mendapatkan kapal untuk mengembalikan pinjaman sesuai tenggat, tapi gagal. Maka, sepotong kayu berisi seribu dinar dan sepucuk surat ini aku jadikan dalam amanat-Mu, ya Allah.” Setelah itu ia melemparkan kayu itu ke laut, ia lalu kembali mencari kapal untuk pulang.

Sementara itu, si pemberi pinjaman menunggu kedatangan peminjam sesuai perjanjian. Ia berdiri di tepi laut. Namun tiba-tiba, ia melihat sepotong kayu mendekat kepadanya. Ia pun mengambilnya. Setelah kayu dibuka, dia mendapati seribu dinar dan sepucuk surat dari rekannya, si peminjam.

Tak lama si peminjam datang dengan seribu dinar yang lain. Ia bercerita mengenai kesulitannya mencari kapal untuk pulang. Pemberi pinjaman malah mengabari bahwa Allah telah menyampaikan kirimannya dalam sebuah kayu. Oh, indahnya sifat amanat!